Batu Bara Gak Jadi 'Kiamat', India & China Juru Selamat!

Sumber : https://www.cnbcindonesia.com/news/20211115070500-4-291426/batu-bara-gak-jadi-kiamat-india-china-juru-selamat

 

KTT Iklim COP26 baru saja selesai dilakukan di Glasgow Skotlandia, Sabtu (13/10/2021). Sebanyak 200 negara mencapai kesepakatan untuk mengakhiri penggunaan bahan bakar fossil di masa depan.

Negara-negara yang hadir setuju pembakaran bahan bakar fossil menjadi penyebab krisis iklim. Ini pun dimuat dalam perjanjian tertulis.

Perjanjian itu juga membidik batu bara untuk segara "dikiamatkan". Awalnya, disepakati "penghapusan" pembangkit listrik batu bara (PLTU) secara berkala.

Namun India, didukung China, muncul di menit-menit penutupan konferensi dan menolak kata "penghapusan". Negara-negara itu melakukan lobi hingga frasa itu berganti menjadi "mengurangi secara bertahap".

India mengajukan petisi ke dalam KTT tersebut dan bersikeras negara-negara harus diminta "mengurangi" bukan "menghapus" batu bara. Ini terkait karakteristik sosial, politik, dan ekonomi yang sangat berbeda di setiap negara.

Negara berkembang masih membutuhkan batu bara. India misalnya, sangat bergantung dengan batu bara dan menggunakan 70% energi fosil untuk produksi energi dalam negeri.

Bukan hanya itu, empat juta orang saat ini juga bekerja di industri tersebut. Meskipun menjadi ekonomi terbesar ke-6 dunia, negara itu masih dianggap sebagai negara berkembang dan tak mampu sepenuhnya melepaskan diri dari batu bara.

"Bagaimana orang bisa berharap bahwa negara berkembang membuat janji untuk menghapus subsidi batu bara dan bahan bakar fosil secara bertahap?" tanya Menteri Lingkungan India, Bhupender Yadav di KTT COP26

"Negara-negara berkembang masih harus berurusan dengan agenda pengentasan kemiskinan mereka."

Dengan lobi dari India itu, negara-negara hanya wajib mengurangi konsumsi namun tidak menghilangkannya sama sekali. Didukung China, sebanyak 197 negara akhirnya setuju dengan "pengurangan" alih-alih "penghapusan".

KTT iklim COP26 dilakukan untuk menjaga suhu bumi 1,5 derajat Celcius. Ini mengacu pada Perjanjian Paris 2015 untuk mengurangi hampir separuh emisi gas rumah kaca dalam delapan tahun setelahnya dan mencapai emisi nol bersih pada tahun 2050.

Related Regular News: