
Di tengah turunnya harga batubara di Indonesia, Coaltrans Conference bekerjasama dengan APBI-ICMA berhasil melaksanakan perhelatan ke 25th Coaltrans Asia di tanggal 24 – 25 Juni 2019. Acara ini bertempat di Bali International Convention Center, Westin Nusa Dua Bali dan memiliki peminat yang luar biasa. Antusiasme terhadap acara ini terlihat dari jumlah delegate yang hadir. Kurang lebih terdapat 700 delegate dari berbagai negara.
Pada hari pertama conference 24 Juni 2019, acara perdana dibuka oleh Bambang Gatot Ariyono selaku Dirjen Minerba yang mewakili Menteri ESDM yang berhalangan hadir. Setelah melakukan sambutan kunci acara dilanjutkan dengan pemukulan gong oleh Bambang Gatot yang didampingi oleh Pandu Sjahrir (Ketua Umum APBI-ICMA) dan David Monaghan (Managing Director Coaltrans Conference). Setelah itu Dirjen Minerba beserta Ketua Umum APBI-ICMA melakukan booth tour pada setiap tenant yang ada di area conference.
Acara kemudian dilanjutkan dengan sambutan dari Direktur Fasilitasi Ekspor Impor Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan, Olvy Andrianita. Pada kesempatan ini Olvy menyampaikan peraturan yang bisa dikaitkan menjadi salah satu hot issue dalam dunia pertambangan batubara yaitu penyampaian Permendag No. 80 Tahun 2018 tentang penggunaan kapal dan asuransi nasional. Ia menyatakan bahwa sampai dengan saat ini peraturan asuransi nasional sudah resmi dipergunakan per tanggal 1 Juni 2019. Sementara untuk penggunaan kapal nasional tetap berjalan per tanggal 1 Mei 2020 dan sampai saat ini sedang dilakukan pembahasan lebih lanjut untuk pengimplementasian penggunaan kapal nasional.
Pada sesi yang kedua di hari pertama, perhelatan 25th Coaltrans Asia berlanjut dengan bahasan terkait dengan masa depan batubara Indonesia.
Salah satunya pembahasan tentang “Building a sustainable future coal”. Pembicara pada topic ini yaitu Clyde Russell (Columnist Thomson Reuters), Sacha Winzenried (Penasihat Utama, Energi, Untilitas, dan Pertambangan PwC) dan Hendri Tan (Direktur Marketing PT. Adaro Energi).
Berikutnya acara dilanjutkan kembali dengan panel diskusi terkait dengan “Indonesian coal producers : responding to oversupply” yang dimoderatori oleh Hendra Sinadia (Direktur Eksekutif APBI-ICMA) serta menghadirkan panelis yang berkompeten pada bidangnya yaitu Kurnia Ariawan (Direktur Utama PT. Kideco Jaya Agung), Nyoman Oka (Head of Domestic Marketing PT Adaro), Fuad Faachroedin (Direktur Business Development PT. Bukit Asam Tbk.), dan Ignasius Wurwanto (Direktur Sustainability Development PT. Indo Tambangraya Megah Tbk.).
Panel ini membahas berbagai aspek mulai dari isu yang sedang ramai dibicarakan yaitu status Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara atau PKP2B menjadi izin Usaha Pertambangan Khusus atau IUPK yang tengah hangat dibicarakan.
Pembahasan berlanjut terkait dengan harga batubara yang semakin menurun trend-nya dari akhir tahun lalu sampai sekarang. Para panelis beranggapan bahwa tindakan Pemerintah untuk pengendalian produksi sangat didukung sehingga terjadi penyeimbangan antara supply dan demand nya untuk menstabilkan harga pasar . Sementara untuk Domestik Market Obligation atau DMO sendiri menetapkan 25% dari produksi nasional sementara 80% dari 25% DMO itu harus dialokasikan ke sektor kelistrikan nasional khususnya PLN.
Sedangkan bagi perusahaan yang kesulitan untuk melakukan DMO harus melakukan system transfer kuota. Kendalanya adalah harga B2B antara perusahaan ini sangatlah tinggi. Untuk pengembangan nilai tambah sendiri PT. Bukit Asam telah melakukan gasifikasi batubara dengan menggunakan batubara kalori rendahnya untuk dikonfersikan menjadi DME yang kabarnya akan menjadi pengganti LPG karena hampri 70% LPG Indonesia ini merupakan barang impor.
Sesi panelis pun berlanjut dengan topik yang tidak kalah menarik yaitu tentang “Indonesian power producers – projecting domestic demand”, acara ini dimoderatori oleh Arthur Simatupang (Ketua Umum APLSI) dan menghadirkan panelis Harlen (Kepala Divisi Batubara PT. PLN) dan Dharma Djojonegoro (Wakil Ketua Eksekutif PT. Adaro Power).