
Sebagai informasi awal pada Januari 2019 lalu, International Renewable Energy Agency (IRENA) dan Global Commission on the Geopolitics of Energy Transformation merilis laporan bertajuk “A New World: The Geopolitics of the Energy Transformation”. Laporan ini mengemukakan bahwa transformasi energi global yang didorong oleh energi terbarukan akan memiliki implikasi geopolitik yang signifikan. Transformasi yang akan membentuk kembali hubungan antara negara-negara dan menyebabkan perubahan struktural mendasar dalam ekonomi dan masyarakat. Dunia yang akan muncul dari transisi energi terbarukan akan sangat berbeda dari dunia yang dibangun di atas dasar bahan bakar fosil.
Dalam rangka membahas dan mendiskusikan lebih lanjut mengenai laporan ini, Institute for Essential Services Reform (IESR) dan Indonesia Clean Energy Forum (ICEF) menyelenggarakan mini seminar geopolitik transformasi energi bersama salah satu Anggota Komisi Global Commission on the Geopolitics of Energy Transformation sekaligus penulis laporan tersebut, Ibu Mari Elka Pangestu.
Selain untuk membahas dan mendiskusikan lebih lanjut mengenai laporan “A New World: The Geopolitics of the Energy Transformation”, mini seminar geopolitik transformasi energi ini diharapkan dapat:
- Berbagi informasi mengenai hasil dan temuan laporan, termasuk namun tidak terbatas kepada transformasi energi untuk Indonesia;
- Berbagi wawasan mengenai transisi energi ditingkat global dan nasional;
- Memfasilitasi proses pembelajaran dan bertukar pendapat mengenai bagaimana Indonesia menyiapkan strategi transisi energi ditingkat nasional dan regional.
Hendra Sinadia Direktur Eksekutif APBI berkenan menjadi panelis pada acara Seminar Geopolitik Transformasi Energi ini. Acara seminar yang diadakan di Lobby Lounge Bimasena di buka langsung oleh Wakil Presiden RI Bapak Yusuf Kala.
Seminar yang diselenggarakan oleh Indonesia Clean Energy Forum (ICEF) dan Institute for Essential Services Reform (IESR), selain menghadirkan pembicara mantan menteri perdagangan Mari Elka Pangestu juga menghadirkan mantan menteri pertambangan dan energi Prof.Subroto.
Ketua Dewan Pengarah ICEF, yang juga mantan menteri pertambangan dan energi, Kuntoro Mangkusubroto, dalam sambutan di awal acara menyebutkan, membangun energi terbarukan (renewable energy) perlu menjadi perhatian penting semua negara, termasuk Indonesia.
Dalam pembukaan acara Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla membeberkan analisanya soal politik energi.
Berikut catatan yang disampaikan Jusuf Kalla berkaitan dengan energi dan perannya dalam pengambilan keputusan politik global, serta komitmen membangun energi terbarukan.
1. Jusuf Kalla sebut ada 3 faktor yang mendorong transisi ke penggunaan energi terbarukan
Menurut Jusuf Kalla, faktor utama adalah harga minyak fosil naik terus-menerus. Kedua untuk mengisi keperluan energi atau mencapai energy security perlu mencari sumber alternatif energi, dan ketiga, orang mulai lebih concern dengan lingkungan dan kebutuhan dunia.
2. Energi terbarukan butuh investasi mahal, tapi biaya operasional murah
Jusuf Kalla mengatakan, investasi di bidang energi bermacam-macam. Mulai dari fosil itu paling murah, tetapi operasionalnya mahal. Renewable energy investasinya mahal, tapi operasionalnya murah. Diesel itu hanya kira-kira US$ 300 ribu per Megawatt, kalau PLTU dan Batubara, itu kira-kira US$ 1,2 juta per MW, tapi kalau hidro, geothermal atau bayu, itu rata-rata $2 juta per MW.
3.Indonesia punya potensi energi terbarukan yang cukup besar
Dalam seminar yang dihadiri oleh para ahli energi, Jusuf Kalla mengingatkan potensi Indonesia dibidang energi terbarukan cukup besar. Potensi geothermal kira-kira bisa mencapai 40 ribu MW. Hidro bisa mencapai 60 ribu MW.
4. Penting mengembangkan program mobil listrik untuk kurangi emisi karbon