Meredam Tren Penurunan Harga Jual Batubara Ala Bukit Asam

Sumber : https://investor.id/market-and-corporate/meredam-tren-penurunan-harga-jual-batubara-ala-bukit-asam

Investor.id 17/12/2019 memberitakan bahwa pertumbuhan volume penjualan batubara diharapkan menjadi bantalan bagi PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA) untuk meredam tren penurunan harga jual batubara hingga tahun depan. Kenaikan volume diharapkan membuat perseroan tetap menjadi produsen batubara yang paling menguntungkan di Indonesia.

Danareksa Sekuritas memangkas target perolehan laba bersih Bukit Asam dari Rp 4,82 triliun menjadi Rp 4,07 triliun pada 2019. Sedangkan target laba bersih tahun 2020 direvisi turun dari Rp 4,97 triliun menjadi Rp 1,91 triliun. Begitu juga dengan estimasi laba bersih tahun 2021 dipangkas dari Rp 5,13 triliun menjadi Rp 4,38 triliun. Revisi turun target laba bersih tersebut sejalan dengan pemangkasan proyeksi pendapatan perseroan tahun 2019 dan 2020. Proyek pendapatan tahun 2019 dipangkas dari Rp 22,43 triliun menjadi Rp 21,83 triliun. Begitu juga dengan estimasi pendapatan perseroan tahun 2020 diturunkan dari Rp 24,17 triliun menjadi Rp 23,37 triliun.

 Meski demikian, Danareksa Sekuritas justru menaikkan target volume penjualan batubara Bukit Asam tahun 2019 dan 2020. Perkiraan volume penjualan tahun ini direvisi naik dari 27,3 juta ton menjadi 28,3 juta ton. Sedangkan proyeksi volume penjualan batubara perseroan tahun 2020 dinaikkan dari 30 juta ton menjadi 31 juta ton. “Pemangkasan target pendapatan dan laba bersih perseroan untuk tiga tahun mendatang dipengaruhi atas asumsi penurunan rata-rata harga jual batu bara dalam beberapa tahun mendatang. Sedangkan peningkatan jaringan infrastruktur diharapkan berimbas terhadap peningkatan volume angkut, sehingga bisa menaikkan volume penjualan,” tulis analis Danareksa Sekuritas Stefanus

Darmagiri dalam risetnya. Danareksa Sekuritas memperkirakan bahwa potensi berlanjutnya pelemahan harga jual batubara dipengaruhi atas penundaan penghentian pemanfaatkan pembangkit listrik tenaga nuklir di Jepang. Pelemahan harga jual juga dipengaruhi atas ketidakpastian kebijakan pemerintah Tiongkok terkait impor batubara. “Kami memperkirakan sejumlah isu tersebut mengakibatkan penurunan permintaan batubara dari Asia. Hal ini mendorong kami untuk memangkas target harga jual batubara dari US$ 80 per ton menjadi US$ 78 per ton tahun ini. Sedangkan target harga jual batubara tahun 2020 direvisi turun dari US$ 75 per ton menjadi US$ 72 per ton,” terangnya.

Pemangkasan target kinerja keuangan tersebut mendorong Danareksa Sekuritas untuk merevisi turun target harga saham PTBA dari Rp 4.400 menjadi Rp 3.700 per saham. Saham PTBA tetap direkomendasikan beli dengan perkiraan PE tahun 2020 sekitar 9,9 kali. Sebelumnya, Sekretaris Perusahaan Bukit Asam Suherman mengatakan, perseroan mengalokasikan belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar Rp 4 triliun pada 2020. Dana ini akan digunakan untuk mendukung produksi dan penjualan batubara tahun depan sebesar 30 juta ton.

Menurut dia, perseroan berencana menggunakan belanja modal untuk sejumlah proyek. Suherman mengungkapkan, pada tahun depan, perseroan akan proyek gasifikasi batubara, pengembangan angkutan batubara dan PLTU Sumsel-8. "Belanja modal juga akan digunakan untuk investasi di anak perusahaan dan pengembangan yang lain," jelasnya. Sedangkan tahun ini, Bukit Asam sedang memproses pembangunan dua proyek pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) di kawasan Muara Enim dan Halmahera Timur.

Kedua proyek tersebut menelan investasi sebesar US$ 2,03 miliar. Suherman menjelaskan, PLTU pertama yang sedang dibangun adalah PLTU Mulut Tambang Sumsel 8 di Muara Enim. PLTU ini dibangun oleh PT Huadian Bukit Asam Power (HBAP) yang merupakan konsorsium Bukit Asam dengan China Huadian Hongkong Company Ltd. Proyek ini menelan investasi sebesar US$ 1,68 miliar yang didanai oleh Exim Bank of China. "Konstruksi PLTU ini telah dimulai sejak Juni 2018 yang memerlukan waktu 42 bulan untuk Unit I dan 45 bulan untuk Unit II. Commercial operation date (COD) ditargetkan pada 2021 untuk Unit I dan untuk unit II pada 2022," ujar dia. Selain itu, Bukit Asam juga bekerjasama dengan PT Antam Tbk (ANTM) untuk membangun PLTU Feni di Halmahera Timur.

Proyek pembangkit listrik ini memiliki kapasitas PLTU 3×60 MW dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) 3x17 MW. Sejauh ini, pembangkit listrik tersebut sudah selesai menjalani feasibility study. Selanjutnya akan dibentuk joint venture company antara Bukit Asam dengan Antam untuk membangun pembangkit listrik tersebut. "Proyek PLTU ini menelan investasi US$ 350 juta yang pendanaannya bisa dari perbankan," ucap dia.

Manajemen Bukit Asam sebelumnya juga menyebutkan bahwa perseroan telah mengantongi dana senilai total Rp 2,17 triliun dari penjualan sebanyak 649,98 juta saham simpanan (treasury stock) selama periode 2 April-4 Desember 2019. Rata-rata penjualan treasury stock tersebut sebesar Rp 3.347 per saham. Suherman mengatakan, perseroan telah melepas saham treasury sebanyak tiga kali sepanjang tahun ini. Tahap pertama pada 2 April 2019 sebanyak 63,17 juta saham, disusul pelepasan 490,72 juta saham pada 8 Mei 2019, dan terbaru 96,09 juta saham pada 4 Desember 2019. Untuk aksi yang terakhir, harga pelepasan sebesar Rp 2.500 per saham. “Harga jual tersebut merupakan harga penutupan sehari sebelum tanggal perdagangan, dimana harga ini tidak lebih rendah dari Rp 2.436 per saham, atau harga rata-rata penutupan selama 90 hari terakhir sebelum tanggal penjualan,” jelas Suherman dalam keterangan resmi, Kamis (5/12).

Pada penjualan teranyar, Bukit Asam menghimpun dana sebesar Rp 240,23 miliar. Pihak yang menjadi pembeli treasury stock adalah PT BNI Sekuritas dan PT Danareksa Sekuritas. Setelah aksi ini, lanjut Suherman, perseroan masih memiliki sisa treasury stock sejumlah 330,29 juta saham atau setara 2,89% dari seluruh total saham yang telah ditempatkan dan disetor penuh. Sebagai informasi, saham-saham ini merupakan hasil buyback yang dilakukan perseroan sebanyak tiga kali, antara lain 21 Mei 2012 hingga 23 Mei 2013 di tahap pertama, 4 November-13 Desember 2013 di tahap kedua, dan 2 September-1 Desember 2015 di tahap ketiga.

 

Related Regular News: