
Tiga anggota APBI yang menerima penghargaan PROPER kategori emas yakni PT Bukit Asam, PT Adaro Indonesia dan PT Kideco Jaya Agung, Rabu (26/2) berbagi pengalaman dengan puluhan anggota APBI-ICMA. Bertempat di Sekretariat APBI-ICMA, ketiga perusahaan tersebut menjelaskan langkah-langkah yang dilakukan untuk meraih kategori emas. Acara ini sendiri merupakan insiatif dari Komite Lingkungan dan CSR APBI-ICMA. Selain anggota APBI, Anggita Dhiny selaku Kepala Seksi Pengendalian Pencemaran Air Industri Pengolahan Direktorat PPA, KLHK juga turut hadir.
Dedy Saptaria yang mewakili PT.Bukit Asam mengemukakan keberhasilan perusahaannya dalam meraih PROPER dalam 7 tahun terakhir adalah tak hentinya berinovasi. Komitmen perusahaan dalam meraih PROPER tertinggi dilakukan menyeluruh. Dari unsur manajemen, penilaian terhadap tanggungjawab lingkungan dilakukan dengan membedakan antara unsur pelaksana dengan unsur penilai. 10 Kriteria PROPER sesuai dengan Permen LH No:3/2014 juga selayaknya menjadi tanggungjawab bersama seluruh unsur perusahaan. Dedy menambahkan, pelaksanaan program PROPER bahkan menjadi Key Performance Indicator dari setiap divisi untuk penilaian.
Dalam sesi tersebut, Dedy juga menegaskan pentingnya penyampaian data pelaporan yang lengkap dan mudah dipahami. Kiat ini diberikan mengingat pentingnya menghindari kesalahan-kesalahan kecil hingga laporan justru tidak bisa terakses.
Tak lupa menurutnya inovasi-inovasi yang dilakukan harus terus berkembang. PTBA saat ini memiliki inovasi sumber daya seperti pembuatan saluran air dengan menggunakan limbah belt conveyor, inovasi sumber daya dengan pembuat BWE untuk coal handling yang dapat menurunkan konsumsi BBM hingga 2,2 juta liter serta penurunan emisi hingga penghematan biaya hingga Rp.19 Milyar.
Di bidang CSR inovasi Kampung Batik Kujur yang ramah lingkungan menjadi keunggulan PTBA. Masih ada beberapa program lainnya yang menjadi program-program unggulan PTBA.
Senada dengan PTBA, PT Adaro Energy yang diwakili oleh Putri Nur Fadhilla juga memaparkan program program unggulan Adaro. Adaro sendiri terakhir kali menerima PROPER Emas di tahun 2019. Tahun-tahun setelahnya, Adaro masuk dalam kategori hijau. Berkat program-program dan inovasi baru, Adaro kembali menerima PROPER Emas. Salah satu program CSR yang dilakukan adalah Istana Madu Kalulut, air bersih Batuah maupun ABK Taman Mutiara. ABK Taman Mutiara ini adalah program akses terapi untuk ABK di Kabupaten Tabalong. Program-program tersebut hanyalah sebagian kecil dari program lingkungan lain yang dilakukan Adaro.
Sementara itu PT Kideco Jaya Agung yang baru pertama kali menerima PROPER Emas juga menjelaskan kiat mereka. Diwakili Muhammad Lukman, kiat-kiat yang dilakukan Kideco juga dipaparkan. Kideco menjabarkan kegiatan-kegiatan dengan jelas di rencana induk Program Pemberdayaan Masyarakat (PPM). Bentuk kegiatan yang dilakukan juga diukur dengan tingkat kepuasan masyarakat sekitar. Perusahaan ini juga membuat analisa studi dampak ekonomi untuk masyarakat sekitar pasca tambang.
Melibatkan semua unsur baik masyarakat dan pemerintah menjadi kuncinya. Salah satu program Kideco misalnya Gerakan Sadar Mandiri Warga Rutan. Program untuk warga binaan ini sendiri cukup unik. Mulai dari safari dawah untuk tahanan pria hingga pelatihan handycraft untuk tahanan wanita.
Sharing session dari 3 anggota APBI peraih PROPER ini pun cukup menarik dan memancing permintaan dari banyak anggota lain yang hadir. Salah satunya tentang ide dan inovasi baru yang bisa diimplementasikan perusahaan lain. Masukan dari Muhammad Lukman perwakilan Kideco, tidak ada salahnya dalam meniru program perusahaan lain, yang terpenting adalah mengembangkan program tersebut menjadi lebih baik lagi.
Tiga perusahaan ini juga mempersilahkan anggota APBI untuk melakukan benchmarking ke perusahaan mereka. Hal ini menjadi permintaan anggota lain untuk saling mempelajari dan berbagi ilmu secara langsung.
Anggita Dhiny yang mewakili KLHK menambahkan sejumlah tips yang berkaitan dengan penilaian PROPER yang wajib diperhatikan perusahaan. Kejelasan dari data penerima manfaat yang diukur berdasarkan demografi, jumlah data kependudukan hingga penerima manfaatnya harus jelas. Begitupula dengan indicator kualitas program. Tujuh indicator kualitas program seperti basis kebutuhan, program yang bersifat inklusif, model kemitraan, kepercayaan diri hingga replikasi harus dijelaskan secara rinci.
Sosialisasi Pemasangan Sparing
Sebagai bagian dari penilaian PROPER, pemantauan kualitas air limbah menjadi salah satunya. Dalam kesempatan yang sama, pihak KLHK kembali mengingatkan bahwa penggunaan sparing diwajibkan untuk kegiatan usaha termasuk batubara sesuai dengan PermenLHK no P93/2018 dan P.80/2019.
Untuk industri batubara ada tiga parameter yang dipantau dengan alat sparing yaitu pH,TSS dan Debit. Pemasangan alat sparing ini sendiri hanya dipasang pada salah satu lokasi yang ditetapkan pada titik penataan. Jika titik penataannya lebih dari satu maka alat sparing dipasang pada titik dengan beban terbesar.