
Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika, Kementerian Luar Negeri, bekerja sama dengan KBRI Beijing menggelar Rapat Koordinasi terkait Penajaman Diplomasi Ekonomi - Promosi TTI (Trade, Tourism, and Investment) di Tiongkok bertempat di Hotel Borobudur, Jakarta (12/03).
Narasumber sekaligus wakil pemerintah yang hadir dalam acara tersebut antara lain adalah Duta Besar RI untuk RRT - Djauhari Oratmangun (melalui video live chat), Santo Darmosumarto selaku Direktur Asia Timur dan Pasifik, Kemenlu, Nia Niscaya selaku Deputi Bidang Pemasaran, Kemenparekraf, Arief Hartawan selaku Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia di Beijing, dan Marina Novira selaku Atase Perdagangan KBRI Beijing.
Sebagaimana diketahui, peran Tiongkok terhadap perekonomian global meningkat setiap tahunnya dan telah menduduki posisi ke 2 didunia setelah AS, ditahun 2019.
Koordinator Fungsi Ekonomi KBRI Beijing menyampaikan bahwa Investasi RRT di RI tahun 2019 naik 95% dari USD 2,4 Miliar (2018) menjadi 4,7 Miliar (2019) sebanyak 2130 proyek. Ia juga menyampaikan berbagai program kegiatan KBRI Beijing ditahun 2020, salah satunya yang paling besar adalah investasi pada digital economy (e-commerce).
Adapun tantangan serta peluang kerjasama RI-RRT khususnya pasca Covid-19 yang dipaparkan oleh Atase Perdagangan KBRI Beijing. Pihaknya menjelaskan terlebih dahulu 10 komoditas paling signifikan yang terus meningkat, salah satunya yang teratas adalah pada sektor batubara yang meningkat 77,7% ditahun 2019.
Ia meyakini bahwa ekspor Indonesia ke Tiongkok kerap meningkat secara kuantitas, walaupun tidak secara value. Oleh karena itu, pemerintah dan masyarakat harus sama-sama bekerja sama dalam meningkatkan ekspor produk bernilai tambah ke Tiongkok.
Di sisi pariwisata, Kemenparekraf telah menyusun langkah-langkah strategi recovery pemasaran pasar Tiongkok dan mengharapkan bantuan dari berbagai Kementerian khususnya Kemenlu untuk rekomendasi pembukaan penerbangan kembali serta isu2 visa lainnya.
Kesimpulannya, Epicentrum Covid-19 outbreak menunjukan bahwa Tiongkok sedang dalam masa recovery. Dubes RI untuk Tiongkok menyampaikan bahwa Indonesia berpeluang untuk memanfaatkan keadaan ini dengan menjaga hubungan baik dengan supplier Tiongkok.
Harapannya, segala bentuk diplomasi ekonomi RI di RRT pada masa pemulihan ini akan langsung berjalan optimal dan efektif atas usulan/ rekomendasi (program kegiatan) dari para stakeholders yang hadir pada Rakor hari ini.