
Pandemi Covid 19 sampai saat ini masih terus terjadi. Berbeda dengan China yang sudah memasuki masa pemulihan dan akan mencabut status lockdown di Wuhan 3 April 2020, sejumlah negara justru masih terus berjuang dalam menghadapi Covid-19 termasuk Indonesia. Kondisi inipun memberikan berbagai dampak untuk industri. Khusus untuk batubara, sejumlah anggota APBI-ICMA memiliki dampak yang berbeda-beda dalam kondisi sekarang ini. Ada beberapa perusahaan tambang batubara yang memberhentikan sementara produksi batubara mereka karena para pelaku bisnis merasa khawatir virus corona (Covid-19) memperburuk kinerja industri yang relatif masih tertekan. Sementara adapula beberapa Perusahaan yang masih mempertahankan produksi batu bara sesuai dengan rencana yang ditetapkan dalam Rencana Kerja Anggaran Belanja (RKAB).
Tentunya pemberhentian produksi berpengaruh akibat beberapa negara yang menjadi importir terbsear batubara Indonesia seperti Inda yang memutuskan untuk menerapkan lockdown negara mereka selama 3 pekan kedepan dan China yang dikabarkan sudah berangsur baik kemungkinan akan memulai produksi batubara mereka kembali dan mulai membatasi impor batubara mereka.
Sementara pasar ekspor terganggu dengan adanya beberapa negara yang melakukan sistem lockdown, kondisi ini justru menjadi kesempatan untuk perusahaan memenuhi pasokan domestic mereka seperti untuk kelistrikan nasional yang memang dibutuhkan untuk security supply disaat kondisi ini.
Dikutip dari media Kontan.com beberapa anggota APBI yang terus melakukan produksi batubara mereka ialah salah satu perusahaan batubara berplat merah yaitu PT Bukit Asam Tbk (PTBA) memastikan kegiatan operasional dan produksi batubara tetap berjalan normal di tengah pandemi virus corona yang terjadi. Bahkan PTBA membuka opsi untuk mengajukan revisi Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) tahun ini. Hal itu ditujukan untuk memanfaatkan regulasi baru yang diterbitkan pemerintah, sekaligus untuk merespon kondisi pasar saat ini yang tak menentu lantaran terhantam pandemi virus corona.
Regulasi yang dimaksud adalah Peraturan Menteri (Permen) Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Nomor 7 Tahun 2020. Salah satu poin di dalam beleid tersebut ialah mengenai pengajuan revisi RKAB yang lebih fleksibel, yakni masa pengajuan yang dipercepat menjadi setelah penyampaian laporan triwulan I.
PTBA menargetkan produksi sebesar 30,3 juta ton batubara pada tahun ini. Jumlah itu naik sekitar 4% dari realisasi tahun 2019 yang sebanyak 29,1 juta ton.
Di sisi lain, perusahaan pelat merah ini menargetkan mampu menjual 29,9 juta ton batubara dengan rincian 21,6 juta ton untuk pasar domestik dan 8,3 juta ton untuk pasar ekspor. Artinya, porsi penjualan PTBA dominan di pasar dalam negeri, sedangkan porsi untuk pasar ekspor berkisar di angka 35%-40% dari total rencana penjualan batubara.
Berikutnya ada PT. Kaltim Prima Coal dan Arutmin yang merupakan anak perusahaan BUMI Resources tetap melakukan produksi batubara mereka, BUMI tetap berusaha mengoptimalkan produksi tanpa mengorbankan keselamatan dan kesehatan para pekerjanya. Upaya pencegahan penularan virus corona pun dilakukan secara ketat.
PT Bumi Resources Tbk optimistis dapat memproduksi batu bara sekitar 90 - 95 juta ton sepanjang tahun ini kendati dihadapkan pada tekanan harga batu bara dan pandemi virus corona (Covid -19). Perusahaan berharap dapat mempertahankan penjualan batu bara sebesar 7,5 juta ton di bulan Maret dan juga di bulan April. Adapun, sepanjang tahun ini BUMI menargetkan produksi batu bara dapat mencapai 90 juta ton hingga 95 juta ton. Tahun lalu penjualan batu bara BUMI mencapai 87,7 juta ton.
BUMI berharap dapat mempertahankan sekitar 7,5MT penjualan pada Maret ini dan mudah-mudahan pada bulan April juga jika kami bisa. Saat ini kondisi operasi produksi normal tak ada kendala," tuturnya. BUMI akan tetap melakukan tinjauan terhadap perkembangan pandemi virus corona di bulan April nanti sebelum memutuskan langkah lebih lanjut terkait prospek produksi batubara perusahaan tersebut.
Sementara itu,masih dari kutipan media yang sama, anggota APBI-ICMA lainnya yaitu Adaro belum merasakan dampak langsung dari merebaknya virus Corona ini terhadap ekspor batu bara Adaro. Perusahaan memiliki banyak pelanggan di berbagai negara dengan portfolio market yang berimbang sehingga Adaro memiliki fleksibilitas untuk shifting volume jika diperlukan. Dari total volume penjualan Adaro, 71 persen volume penjualan adalah ke pasar Asia Tenggara & Asia Timur di luar China sedangkan volume penjualan ke China di 2019 adalah 12 persen, perusahaan pun tetap meyakini dengan fundamental jangka panjang pasar batu bara, yang mendapat dukungan dari wilayah Asia Tenggara dan Asia Selatan.Hal ini seiring upaya mereka mengejar pembangunan ekonomi dan meningkatkan sektor ketenagalistrikan.
Terkait produksi anggota APBI-ICMA yakni PT ABM Investama Tbk. memastikan kegiatan operasi perusahaan masih berjalan normal di tengah sentimen pandemi virus corona dan lockdown di sejumlah negara tujuan ekspor.
Direktur ABM Investama Adrian Erlangga mengatakan, perusahaan kini tengah berupaya mengantisipasi pasar ekspor yang mengalami gangguan akibat pandemi virus corona. "Kami antisipasi pasar ekspor batubara karena beberapa negara mengumumkan total lockdown termasuk pelabuhannya," ungkap Adrian. Adrian memastikan, pihaknya berupaya mencari pasar lain demi memastikan pasokan batubara tetap berlangsung.
Kendati demikian, Adrian mengungkapkan, ABM Investama memperkirakan kondisi ini tidak akan berlangsung lama mengingat kebutuhan batubara sebagai sumber energi masih diperlukan oleh sejumlah negara.
Dia memastikan, kegiatan operasi ABMM pun masih berjalan normal dan belum ada perubahan target sejauh ini. Selain itu, ABM Investama kini tengah memetakan potensi-potensi gangguan yang mungkin dialami saat ini. Sepanjang 2019, produksi batubara ABMM tumbuh 10% menjadi 11 juta ton. "Harga batubara global yang kerap mengalami koreksi tidak mempengaruhi aktivitas produksi. Kami punya rencana jangka panjang untuk terus meningkatkan target batubara dari tahun ke tahun," ujar Adrian.
Adapun beberapa anggota APBI yang memutuskan untuk menghentikan sementara produksi batubara mereka seperti PT Bayan Resources Tbk. yang mengumumkan bahwa kegiatan operasional tiga anak usahanya berhenti untuk sementara waktu akibat wabah Corona.
Dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (27/3), tiga anak usaha BYAN yang berhenti mengoperasikan pertambangan antara lain PT Bara Tabang, PT Fajar Sakti Prima, dan PT Indonesia Pratama.
(MG - Sek. APBI)