Analisa Tren Penurunan Harga Batubara Acuan (HBA) April 2020

(Mengacu pada Kepmen ESDM No. 81 K/30/MEM/2020 terkait Harga Mineral Logam Acuan dan  Harga Batubara Acuan di bulan April 2020 adalah sebesar $65,77 per ton turun  $1,31 per ton atau sekitar 1,95% dari HBA bulan Maret sebesar $67,08 per ton.)

Sejak turun bulan Januari 2020 yang mencatatkan angka USD 65,93 per ton (turun dari USD 66,30 di Desember 2019), HBA mengalami fluktuasi, naik di Februari (USD 66,89) dan Maret (USD 67,08), dan kembali turun di bulan April 2020 ini.

Aktivitas industri yang melambat dan permintaan daya yang lebih rendah yang disebabkan oleh pandemi Covid-19 di berbagai negara importir batubara diperkirakan akan menurunkan permintaan impor batubaranya secara signifikan. Hal ini tentu memberikan tekanan pada harga batubara di Indonesia. Sebagaimana diketahui HBA merupakan refleksi harga dari bulan sebelumnya, pelemahan di bulan sebelumnya (maret) terjadi dari awal bulan maret dan mulai minggu kedua maret sudah menunjukan ggrafik semakin menurun, yang menyebabkan rata-rata indeks bulanan ICI turun 2,66%, Platt's turun 2,75%, GCNC turun 1,77%, NEX turun 0,66%. Karena keempatnya mengalami penurunan maka Harga Batubara Acuan (HBA) yang dipengaruhi keempat indeks tersebut dipastikan juga ikut turun

Sebagaimana diketahui, India adalah salah satu negara tujuan ekspor batubara utama dari Indonesia untuk kebutuhan pembangkit listrik di negaranya. Namun, dengan adanya kebijakan lockdown yang tengah berjalan, beberapa pelabuhan ditutup (absence of workers) dan permintaan akan listrik terutama untuk sektor perindustrian mengalami penurunan. Konsumsi listrik dibeberapa industri manufaktur di India saat ini tengah mengalami penurunan penggunaan daya sampai kurang lebih 30% dan konsumsi listrik untuk non-power industry sudah diminta untuk di shutdown. Sampai bulan Maret 2020, power demand telah menurun sebanyak kurang lebih 40% YoY.

Di sisi lain, Korea Selatan sudah berencana untuk tidak mengoperasikan beberapa unit pembangkit listrik yang meggunakan batubara, hal ini sejalan dengan upaya mereka untuk mengurangi polusi udara secara lebih ketat. Hal ini mengakibatkan impor kuartal pertama di Korea Selatan menurun dan memberikan sentimen buruk terhadap harga batubara termal.

Beberapa negara di Asia Tenggara yang menjadi tujuan ekspor batubara Indonesia seperti Malaysia, Filipina, dan Vietnam juga tengah menghadapi lockdown dan salah satu diantaranya mengambil kebijakan untuk mengurangi konsumsi batubaranya sebanyak 20% (Vietnam).

Selain itu, gangguan pada pasokan minyak mentah yang mengakibatkan jatuhnya harga minyak sebesar 30% menimbulkan kekhawatiran pada harga batubara juga, dikarenakan kedua harga dari komoditas tersebut bergerak bersamaan.

Faktor-faktor eksternal lain seperti tren peralihan ke energi terbarukan dan kondisi pasar global ini besar kecilnya tentu akan mempengaruhi prospek HBA kedepannya.

Informasi tambahan, keadaan di Tiongkok khususnya untuk sektor pertambangan sudah progressively membaik, dan majority of miners sudah beroperasi dengan kapasitas full. Hal ini diharapkan dapat membantu permintaan batubara dari Indonesia ketika yang lainnya mengalami penurunan. Namun demikian, beberapa kebijakan terkait pembatasan impor quota masih kemungkinan menjadi hambatan di kedepannya.

Dampak dari Covid-19 ini sedikit demi sedikit sudah mulai terasa dan apalagi dalam jangka panjang dapat mempengaruhi target investasi juga penerimaan negara (PNBP) dikarenakan ada penurunan harga komoditas batubara. Mengacu pada informasi dari Kementerian ESDM, tahun ini PNBP minerba ditargetkan sebesar Rp 44,34 triliun. Hingga awal Maret 2020, realisasi PNBP berada di angka Rp 5,86 triliun atau 13,2% dari target. Jadi belum bisa dipastikan apa akan ada pengurangan khususnya atas dampak Covid-19 atau tidak dan berapa jumlahnya untuk sekarang ini, karena informasi yang kami terima, perusahaan-perusahaan tambang masih berproduksi normal.

 

(Sek. APBI)

Related Regular News: