
Meskipun harga saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) belum beranjak dari harga Rp 50, namun investor asing diketahui terus membeli saham produsen batu bara terbesar di Indonesia ini.
Berdasarkan data RTI, selalu terjadi transaksi di saham BUMI sejak nilanya bertengger di Rp 50 pada 21 Februari 2020. Total transaksi di BUMI sejak 21 Februari hingga saat ini mencapai Rp 29,26 miliar.
Akumulsi nilai transaksi di pasar reguler tersebut memang relatif kecil dibandingkan dengan transaksi BUMI pada umumnya. Namun, yang pasti transaksi selalu terjadi.
Dalam data lain juga terungkap bahwa, investor asing mengakumulasi saham BUMI, dengan selalu mencatatkan net foreign buy (NFB) sejak 26 Februari. Total nilai NFB dalam sebulan terakhir mencapai Rp 2,2 miliar, baik pasar reguler maupun pasar negosiasi
Ketika dikonfirmasi, Direktur dan Sekretaris Perusahaan Dileep Srivastava mengatakan BUMI sangat menarik sebagai investasi jangka panjang. Apalagi, tuturnya, saat ini harga sama BUMI di Rp 50 sudah sangat undervalued dibandingkan dengan nilai fundamentalnya
"BUMI sangat menarik untuk jangka panjang dan sangat undervalued," ujarnya kepada CNBC Indonesia, Kamis (16/4/2020).
Sebagai informasi BUMI mencatatkan produksi batu bara sepanjang Maret 2020 mencapai 7-7,5 juta ton sesuai dengan target perusahaan. Dengan begitu emiten batu bara terbesar ini memproduksi batu bara sekitar 21,3-21,8 juta ton sepanjang kuartal I-2020.
Pada Januari-Februari 2020, perusahaan juga mencatatkan kenaikan penjualan 9% atau sebesar 14,3 juta MT, dibandingkan periode yang sama 2019 sebanyak 13,1 juta MT.
Direktur dan Sekretaris Perusahaan Dileep Srivastava mengatakan meski ada pandemi COVID-19 atau virus corona produksi BUMI masih berjalan normal, dan diharapkan bisa mencapai target perusahaan.
"Sampai sekarang produksi masih normal, dan kami akan meninjau ulang target kami di akhir April apabila memang dibutuhkan," kata Dileep saat dihubungi CNBC Indonesia, Rabu (15/04/2020).
Untuk April pun perusahaan masih menargetkan produksi batu bara berkisar 7-7,5 juta ton. Saat ini 70% penjualan bumi mengandalkan pasar ekspor dan memastikan penjualan kuartal I-2020 berjalan normal meski ada pandemi COVID-19.
Dileep menyatakan operasional penambangan batu bara tetap normal di tengah pandemic COVID-19 atau virus corona. Emiten batu bara ini juga tetap meningkatkan kewaspadaan terkait penyebaran virus corona ini.