.jpg)
Harga batu bara termal acuan Newcastle untuk kontrak yang ramai diperdagangkan melemah pada akhir pekan lalu. Lonjakan kasus baru infeksi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) di India jadi salah satu pemicu terkoreksinya harga batu bara.
Kendati sempat melesat akibat adanya kemungkinan China melonggarkan pembatasan impornya, harga batu bara langsung berbalik arah dan ditutup terpangkas 0,55% ke US$ 54,5/ton pada akhir pekan.
Pekan lalu beredar kabar yang menyebutkan China akan melonggarkan kebijakan impornya lantaran harga batu bara domestik yang terlampau tinggi dan menggerus laba perusahaan utilitas.
Sontak kabar ini direspons positif oleh pasar dan kenaikan harga pun terjadi. Pekan lalu harga batu bara kontrak berjangka Newcastle sempat berada di level US$ 55,5/ton. Namun setelah itu harga batu bara justru berbalik arah.
India sebagai negara konsumen batu bara terbesar kedua setelah China kembali melaporkan adanya kenaikan kasus infeksi Covid-19. Kini India telah menjadi negara dengan jumlah kasus terbanyak ketiga setelah Amerika Serikat (AS) dan Brazil.
Lonjakan kasus yang tinggi di India terjadi setelah negara dengan penduduk mencapai lebih dari 1,3 miliar itu melonggarkan lokcdown pada Mei lalu. Lockdown di berbagai negara bagian rencananya akan berakhir pada 31 Juli.
Namun dengan kenaikan kasus yang signifikan ini, banyak wilayah yang justru mengetatkan pembatasan. Mobilitas yang terhambat membuat perekonomian India terancam mengalami kontraksi yang dalam.
Mengutip Argus Media, analis memperkirakan ekonomi India bakal terkontraksi hingga -7,5%. Proyeksi lain yang dilakukan oleh Dana Moneter Internasional (IMF) memprediksi ekonomi India bakal minus 4,5% tahun ini.
Kontraksi pada perekonomian India ini jelas menjadi ancaman bagi permintaan impor untuk minyak mentah, gas alam cair/LNG, batu bara dan berbagai komoditas yang lainnya.