.jpg)
Di Tengah Pandemi Covid-19, produsen batu bara terbesar di Indonesia PT Bumi Resources Tbk (BUMI) meraih pendapatan US$ 1,97 miliar pada periode semester I-2020. Pendapatan tersebut menurun dibandingkan setahun sebelumnya yang tercatat US$ 2,27 miliar.
Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan hari ini, beban pokok pendapatan BUMI ikut menurun 7% menjadi US$ 1,73 miliar. Sementara itu beban usaha turun 3% menjadi US$ 105,4 juta.
Secara keseluruhan BUMI mencatatkan rugi yang dapat diatribusikan ke entitas induk (rugi bersih) sebesar US$ 86,1 juta. Hal itu berbeda dengan setahun sebelumnya yang tercatat masih untuk mencetak laba US$ 80,7 juta.
Direktur & Sekretaris Perusahaan BUMI Dileep Srivastava menjelaskan faktor yang menyebabkan rugi adalah harga batu bara yang mengalami penurunan tajam pada semester I-2020.
Realisasi harga penjualan batu bara mengalami penurunan sebesar 12% ke level US$ 46,9/ton setahun sebelumnya US$ 53,2/ton
"Karena permintaan batubara yang tidak stabil dari Cina, India, dan sebagian besar Asia. Hal ini dipicu oleh Pandemi Covid19 sebagai faktor penyebab utama," ujarnya Senin (31/8/2020).
Meski demikian dia mengatakan volume penjualan BUMI masih stabil di angka 41,2 metrik ton pada semester I-2020.
Lebih rinci penjualan anak usaha Kaltim Prima Coal sebesar 29,5 MT atau mengalami penurunan 2% dibandingkan setahun lalu. Sementara itu penjualan dari Arutmin sebesar 11,6 MT atau meningkat sebesar 2% YOY.
"Meski ketidakpastian pasar masih membebani harga batubara dalam jangka pendek, Perseroan berkeyakinan bahwa ke depannya industri batubara akan terus berkembang, terutama dengan pengembangan proyek-proyek hilirisasi batubara dalam jangka menengah," ujar Dileep.
Dia menambahkan perseroan memproyeksi produksi batu bara pada tahun ini sebesar 85 MT sampai 89 MT.