
Sumber : https://investor.id/market-and-corporate/tren-peningkatan-volume-penjualan-indocement
PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) sedang memasuki tren peningkatan volume penjualan setelah berbulan-bulan mengalami penurunan permintaan. Tren peningkatan volume penjualan sudah terlihat sejak Agustus 2020 dan diharapkan berlanjut.
Peningkatan permintaan semen di dalam negeri diharapkan mendorong penjualan semen perseroan tahun ini dan sesuai dengan ekspektasi. Sebab itu, BRI Danareksa Sekuritas mempertahankan target laba bersih Indocement tahun ini senilai Rp 1,31 triliun dibandingkan pencapaian tahun lalu Rp 1,83 triliun.
Pendapatan perseroan diperkirakan turun dari Rp 15,93 triliun menjadi Rp 14,19 triliun.
Analis BRI Danareksa Sekuritas Maria Renata mengungkapkan, Indocement kembali membukukan peningkatan penjualan semen pada September 2020 atau tercatat sebagai bulan tertinggi tahun ini. Total volume penjualan mencapai 1,59 juta ton atau naik 5,3% dari bulan Agustus 2020, namun terkoreksi 2,9% dari bulan yang sama tahun lalu.
Peningkatan penjualan tersebut menjadikan Indocement sebagai penguasa pasar sebesar 25,6% hingga akhir September 2020. Sedangkan total volume penjualan perseroan Januari- September 2020 mencapai 11,63 juta ton atau turun 7,7% dibandingkan periode sama tahun lalu.
“Realisasi penjualan tersebut setara dengan 73% dari total target yang telah kami tetapkan sepanjang tahun ini,” tulis Maria dalam risetnya, baru-baru ini.
Dia memproyeksikan Indocement mencatatkan peningkatan volume penjualan semen hingga Oktober tahun ini. Hal ini sesuai dengan pengalaman dalam beberapa tahun terakhir bahwa penjualan Oktober merupakan yang tertinggi sepanjang tahun.
Berbagai faktor tersebut mendorong BRI Danareksa Sekuritas untuk mempertahankan rekomendasi beli saham INTP dengan target harga Rp 15.300. Target harga tersebut memperhitungkan target laba bersih tahun ini senilai Rp 1,31 triliun, turun dibandingkan pencapaian tahun lalu Rp 1,83 triliun.
Meski demikian, BRI Danareksa Sekuritas optimistis Indocement mampu mencapai target volume penjualan tahun ini, karena didukung oleh tingginya permintaan semen dalam beberapa bulan terakhir.
Apalagi, sepanjang Oktober, volume penjualan perseroan diperkirakan lebih pesat lagi dibandingkan bulan sebelumnya.
Sementara itu, analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Mimi Halimin dalam riset harian belum lama ini menyebutkan bahwa peningkatan volume penjualan semen perseroan pada Juli 2020 telah menunjukkan bahwa pasar semen nasional menunjukkan pemulihan.
“Kami meyakini bahwa peningkatan tersebut menjadi sinyal terhadap pemulihan pasar semen nasional,” jelasnya.
Mimi juga meyakini bahwa momen terburuk akibat pandemic Covid-19 telah terlewati, sehingga momentum positif dalam beberapa bulan ke depan cenderung terwujud.
Mekipun demikian, permintaan semen tetap rendah atau berada di bawah pencapaian tahun lalu.
Hal itu mendorong Mirae Asset Sekuritas untuk mempertahankan rekomendasi trading buy saham INTP dengan target harga Rp 13.600. Target harga tersebut telah mempertimbangkan dampak buruk seluruh sentimen negatif pasar telah tercermin pada harga saham perseroan, sehingga terbuka potensi penguatan lebih lanjut.
Sebelumnya, Direktur Indocement Tunggal Prakarsa Oey Markus mengatakan, Indocement tetap optimistis ada kenaikan permintaan semen yang lebih tinggi pada semester II tahun ini, seiring fokus pemerintah dalam menggenjot infrastruktur.
Peningkatan juga akan didukung upaya perseroan untuk mengurangi biaya, seperti peningkatan penggunaan batubara dengan nilai kalori lebih rendah dan harga yang lebih murah, peningkatan penggunaan bahan bakar alternatif, dan efisiensi biaya tetap.
“Ke depan, kami akan lebih fokus untuk mendistribusikan semen di pasar utama dan juga memaksimalkan volume output dari semua terminal semen yang perseroan miliki. Kami juga akan fokus untuk meningkatkan volume ekspor baik klinker maupun semen putih,” jelasnya.
Hingga semester I-2020, Indocement membukukan penurunan penjualan sebesar 11,6% menjadi Rp 6,17 triliun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp 6,98 triliun. Penurunan sejalan dengan pelemahan permintaan semen di pasar domestic nasional hingga 7,7%. Markus menjelaskan, penurunan permintaan pasar domestik tersebut berakibat terhadap pelemahan pangsa pasar perseroan menjadi 26,0% pada semester I-2020.
Namun, dari segi geografis yakni di pulau Jawa terutama di Jawa Barat tetap kuat dan meningkat dibandingkan tahun sebelumnya dari 45,1% menjadi 46,2% “Untuk keseluruhan Pulau Jawa pangsa pasar yang dimiliki Indocement meningkat dari 34,2% menjadi 34,8% dan Sumatera dari 11,6% menjadi 12,5%,” kata dia.
Perseroan juga berhasil menekan sejumlah beban, salah satunya pada segmen beban pokok pendapatan yang menurun 11.36% atau setara dengan Rp 4,29 triliun, padahal sebelumnya perseroan menanggung beban pokok sebanyak Rp 4,84 triliun.
Sehingga pada akhir Juni 2020 perseroan memperoleh laba bruto sebanyak Rp 1,87 triliun.
Hal itu sebagai dampak dari penurunan volume penjualan disertai dengan harga batu bara yang lebih rendah dan upaya efisiensi berkelanjutan pada biaya produksi seperti penggunaan batu bara dengan nilai kalori lebih rendah dan peningkatan bahan bakar alternatif.
Hal yang sama juga terjadi pada beban usaha yang terkoreksi 5,81% menjadi Rp 1,46 triliun dari Rp 1,55 triliun di akhir Juni 2019. Selain itu perseroan juga mendapatkan pemasukan tambahan yang berasal dari pendapatan operasi sebanyak Rp 41,22 miliar. Kendati demikian, beban operasi lain naik hingga Rp 78,06 miliar dari sebelumnya Rp 19,68 miliar.
Dengan begitu, setelah dikurangi pajak, laba bersih periode berjalan pada semester I-2020 menurun 26,56% menjadi Rp 470,02 miliar, usai membukukan laba sebanyak Rp 640,02 miliar pada semester pertama 2019.