Ekonomi China Bangkit, Harga Batu Bara Bisa dong Ikutan!

Sumber : https://www.cnbcindonesia.com/market/20201019100533-17-195302/ekonomi-china-bangkit-harga-batu-bara-bisa-dong-ikutan

 

Harga batu bara termal untuk kontrak berjangka acuan Newcastle rebound setelah anjlok signifikan. Namun dalam sepekan, harga batu bara masih terkoreksi 1,54%. 

Pada perdagangan hari Jumat (16/10/2020), harga batu legam tersebut ditutup di US$ 57,5/ton. Dalam tiga hari perdagangan beruntun harga batu bara kembali bangkit setelah sempat terkoreksi dalam akibat kabar buruk dari China. 

Harga batu bara sempat terjun bebas dan terkoreksi lebih dari 6% dalam sehari. Ini menjadi koreksi terdalam yang pernah tercatat di sepanjang tahun ini. Tensi tinggi hubungan Australia-China membuat Beijing dikabarkan memblokir impor batu bara asal Australia tersebut. 

Belum ada keterangan resmi dari otoritas terkait China. Pemerintah Australia masih menyelidiki kebenaran rumor tersebut. Perdana Menteri Negeri Kanguru, Scott Morison  mengatakan langkah pembatasan kuota impor memang lazim dilakukan oleh China.

Reuters mengabarkan, laporan Kementerian Perindustrian menyebut bahwa beberapa pelabuhan di China tidak menerima lagi impor batu bara termal dan metalurgi dari Australia.

Namun di saat rumor tersebut beredar, China juga menghadapi masalah yang serius.

Pasokan batu bara domestik yang ketat membuat harganya melonjak tinggi. Reuters melaporkan harga batu bara termal Qinhuangdao berkalori 5.500 Kcal/Kg minggu lalu dipatok di RMB 618/ton. Padahal di minggu sebelumnya harga masih di level RM 612/ton.

Artinya harga batu bara domestik China masih terus menguat. Bahkan dengan level saat ini, harga batu bara telah keluar dari 'zona hijau'. Sebagai informasi pemerintah China menetapkan rentang level harga batu bara domestiknya di RMB 500 - RMB 570 per ton. Rentang harga tersebut kemudian dinamai zona hijau.

Zona hijau merepresentasikan rentang harga di mana tidak membuat penambang tertekan kondisi finansialnya dan juga marjin laba perusahaan utilitas tergerus.

Dalam kondisi normal, kenaikan harga batu bara domestik yang tinggi ini akan membuat pelaku pasar, importir dan perusahaan utilitas Negeri Panda beralih ke batu bara impor karena harganya lebih murah.

Di saat yang sama pula stok batu bara di pelabuhan Qinhuangdao juga mengalami penurunan dua pekan berturut-turut. Data terbaru Refinitiv menunjukkan persediaan batu bara termal di pelabuhan tersebut turun 1,4% (wow) menjadi 4,95 juta ton saja.

Pada akhirnya harga batu bara domestik China yang tinggi dan selisih (spread) yang melebar dengan batu bara impor membuat harga batu bara lain ikut terkerek naik. 

Pagi ini pukul 09.00, Biro Statistik Nasional China mengumumkan pertumbuhan PDB Negeri Tirai Bambu berada di angka 4,9% (yoy) untuk kuartal ketiga. Lebih rendah dari konsensus 5,2% memang.

Namun pertumbuhan ekonomi yang positif ini membuktikan bahwa ekonomi China telah bangkit setelah sengsara akibat pandemi Covid-19. Sebagai importir terbesar berbagai jenis komoditas, ada kemungkinan permintaan China naik untuk memenuhi kebutuhan domestiknya. 

Hal tersebut berpotensi mengerek harga komoditas seperti halnya harga batu bara, apalagi jika pasokan komoditas tersebut di China menipis. Namun lagi-lagi hal ini akan sangat tergantung pada kebijakan kuota impor China yang seringkali memberikan ketidakpastian.

Related Regular News: