
Kelompok negara-negara maju yang tergabung dalam G7 pada hari Minggu (13/6/2021) menyepakati untuk segera menghentikan dukungannya kepada batu bara sebagai sumber energi di 2021 ini. Kesepakatan itu diteken dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) yang diadakan di Cornwall, Inggris, pada 11-13 Juni 2021
Mengutip Reuters, negara kaya tersebut menilai batu bara kurang ramah lingkungan. Mereka akan segera memindahkan dukungan ini kepada bentuk-bentuk riset dan perkembangan teknologi serta kebijakan yang lebih ramah lingkungan.
"Kami menekankan bahwa investasi internasional dalam batu bara harus dihentikan sekarang dan kami sekarang berkomitmen untuk mengakhiri dukungan langsung untuk pembangkit listrik batu bara termal (PLTU) internasional," kata tujuh negara anggota G7, Amerika Serikat (AS), Inggris, Kanada, Prancis, Jerman, Italia dan Jepang, dikutip Senin (14/6/2021).
Mereka juga mengatakan bahwa batu bara saat ini menyumbang emisi yang sangat besar. Pembangkit listrik batu bara, kata kelompok itu, adalah penyebab tunggal terbesar dari emisi gas rumah kaca
Mereka menambahkan kegiatan sustainable tak optimal mengurangi kenaikan suhu bumi karena masih bergantung pada bahan tambang yang satu ini. Perjanjian Paris menetapkan tujuan untuk tetap menjaga suhu udara global yang meningkat tak lebih dari 2 derajat Celcius dan juga berusaha agar tak melewati 1,5 derajat Celsius
"Investasi global yang berkelanjutan dalam pembangkit listrik tenaga batu bara yang belum berkurang masih sangat tidak sesuai dengan menjaga kenaikan 1,5 derajat Celsius," ujar kelompok tersebut.
Presiden AS Joe Biden yang berbicara setelah KTT juga menekankan komitmennya dalam investasi sebesar US$ 2 miliar (Rp 28 triliun) untuk mendukung negara-negara berkembang agar beralih dari PLTU. Ini juga realisasi kampanye politik Biden saat Pemilu 2020.
Sementara itu negara G7 lainnya berjanji untuk fokus pada teknologi lain untuk membantu mempercepat transisi dari batu bara.
"Kami akan fokus pada percepatan kemajuan pada elektrifikasi dan baterai, hidrogen, penangkapan karbon, penggunaan dan penyimpanan, penerbangan dan pengiriman nol emisi, dan bagi negara-negara yang memilih untuk menggunakannya, tenaga nuklir," ucap beberapa negara dalam rilis resminya.