
Harga batu bara melonjak tajam pada perdagangan kemarin. Sepanjang semester I-2021, harga si batu hitam melonjak lebih dari 50%.
Kemarin, harga batu bara di pasar ICE Newcastle (Australia) tercatat US$ 128,85/ton. Naik 3,7% dibandingkan sehari sebelumnya.
Batu bara menjadi salah satu komoditas dengan kenaikan harga impresif tahun ini. Pada paruh pertama 2021, harga meroket 59,28%.
Peningkatan permintaan energi (terutama listrik) menjadi pendorong kenaikan harga batu bara. Saat ini, sekitar 40% pembangkit listrik di seluruh dunia masih menggunakan batu bara sebagai sumber energi primer.
Di sejumlah negara, aktivitas dan mobilitas masyarakat kembali dibuka setelah pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) mulai mereda. Paling terasa terjadi di China.
Negeri Tirai Bambu adalah yang pertama terpukul oleh pandemi dan yang pertama pula bangkit. Rumah tangga dan pelaku usaha sudah bisa menjalankan aktivitas dengan relatif normal.
Ini membuat permintaan listrik di China meningkat. Pada Mei 2021, listrik yang dihasilkan oleh pembangkit-pembangkit di China adalah 647.840 GWh. Naik 3,98% dibandingkan bulan sebelumnya dan 9,2% dari periode yang sama tahun lalu.
China adalah 'biang' pembangkit listrik batu bara, dengan pangsa 50% dari total dunia. Jadi kalau permintaan di China naik, maka harga batu bara tentu ikut bergerak naik.
Sejak tahun lalu, hubungan China dengan Australia memburuk. Gara-garanya adalah Negeri Kanguru yang mendorong China bertanggung jawab atas pandemi virus corona yang menghancurkan dunia.
Perkembangan ini membuat China tidak lagi mengimpor batu bara dari Australia. Sebagai gantinya, China banyak membeli batu bara dari negara lain termasuk Indonesia. Sepanjang semester I-2021, Refinitiv mencatat impor batu bara China dari Indonesia adalah 2,82 miliar ton.
TIM RISET CNBC INDONESIA