Harga Batu Bara Mulai Flat, 'Tsunami' Profit Taking Berakhir?

Sumber : https://www.cnbcindonesia.com/market/20210726082840-17-263526/harga-batu-bara-mulai-flat-tsunami-profit-taking-berakhir

 

Harga batu bara turun tipis hampir flat pada perdagangan akhir pekan lalu. Ini membuat harga si batu hitam terkoreksi secara mingguan.

Akhir pekan lalu, harga batu bara di pasar ICE Newcastle berada di US$ 146,7/ton. Turun tipis 0,01% dari hari sebelumnya.

Batu bara menjadi sasaran ambil untung (profit taking) pekan lalu. Selama sepekan, harga komoditas ini turun 1,64% secara point-to-point.

Maklum, sebelumnya harga sudah naik tinggi sekali. Dalam sebulan terakhir, harga batu bara masih membukukan kenaikan 17,06%. Sejak awal tahun, kenaikannya mencapai nyaris 80%.

 

Sepertinya kenaikan harga batu bara akhir-akhir ini ikut disebabkan oleh harga gas alam yang ikut naik. Akhir pekan lalu, harga gas acuan di Henry Hub tercatat US$ 4.025/MMBtu, tertinggi sejak Desember 2008.

Kenaikan harga gas ikut mengerek harga batu bara. Sebab, kedua komoditas ini saling menggantikan, saling bersaing di pasar energi primer, terutama untuk pembangkit listrik. Saat harga gas makin mahal, perusahaan listrik kembali berpaling ke batu bara. Permintaan batu bara naik, harga pun terungkit.

Toby Hassall, Analis Refinitv, menyebut tiga alasan harga batu bara bisa kembali ke jalur reli. Pertama, seperti yang sudah disebut, adalah tren kenaikan harga gas.

Kedua, permintaan di China sedang tinggi karena serangan gelombang panas (heat wave) di sejumlah daerah yang meningkatkan kebutuhan akan penyejuk ruangan, yang tentunya membutuhkan listrik. Pada 14 Juli lalu, konsumsi listrik di Negeri Panda mencapai 22,7 TWh, rekor tertinggi konsumsi listrik harian.

Ini membuat harga batu bara di Pelabuhan Qinhuangdao naik. Per 19 Juli, harga berada di CNY 1.053,02/ton, tertinggi sejak awal tahun ini.

Ketiga, permintaan dunia bergerak naik karena sejumlah negara mulai pulih dari terpaan pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Permintaan listrik mulai naik ke level sebelum pandemi, termasuk di Indonesia.

Bulan lalu, penggunaan listrik industri di Tanah Air melonjak 26,1% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy). Sementara penggunaan listrik untuk bisnis naik 14,5% yoy.

 

TIM RISET CNBC INDONESIA

Related Regular News: