
Perubahan iklim (climate change) semakin membuat dunia ketar-ketir. Terbaru, penelitian lembaga think tank iklim TransitionZero mengatakan dunia perlu menutup sekitar 3.000 pembangkit listrik tenaga batu bara sebelum tahun 2030, jika ingin mempertahankan suhu 1,5 derajat celcius.
TransitionZero mengatakan saat ini ada lebih dari 2.000 GW (gigawatt) tenaga batu bara yang beroperasi di seluruh dunia. Jumlah ini perlu dipangkas hampir setengahnya, yang mengharuskan penutupan hampir satu unit per hari dari sekarang sampai akhir dekade.
Namun, kebutuhan untuk menutup hampir 1.000 GW kapasitas pembangkit listrik tenaga batu bara akan membebani China untuk mempercepat peralihannya menuju listrik yang lebih bersih. Negeri Tirai Bambu merupakan sumber terbesar gas rumah kaca pemanasan iklim dan pemilik sekitar setengah dari pembangkit listrik tenaga batu bara dunia .
"Kesimpulan logisnya adalah bahwa setengah dari upaya perlu datang dari China," kata Matt Gray, analis TransitionZero dan penulis laporan tersebut, dikutip dari The Straits Times, Kamis (28/10/2021).
China telah mengurangi porsi batu bara dalam bauran energi totalnya dari 72,4% pada 2005 menjadi 56,8% tahun lalu, tetapi volume konsumsi absolut terus meningkat. Presiden Xi Jinping berjanji awal tahun ini bahwa China akan mulai mengurangi penggunaan batu bara setelah tahun 2025.
Gray mengatakan sementara konsumsi batu bara akan meningkat dalam jangka pendek, sehingga krisis memaksa China untuk mempercepat reformasi yang pada akhirnya akan membantu negara mengurangi ketergantungan bahan bakar fosil.
Kebijakan belum lama ini, yang memaksa operator pembangkit listrik tenaga batu bara untuk menjual listrik melalui pasar grosir, juga akan mengekspos China pada persaingan dari sumber terbarukan.
"Saya pikir adil untuk mengatakan bahwa menjaga lampu tetap menyala dan menjaga bangunan tetap hangat akan menjadi prioritas eksklusif pemerintah China menjelang musim dingin," katanya. "Tetapi harapan kami adalah agar krisis ini dilihat sebagai peringatan untuk ketergantungan pada tenaga batu bara."
TransitionZero merilis hasil penelitian ini beberapa hari sebelum KTT perubahan iklim COP26 PBB di Glasgow.