
Kenaikan harga batubara dalam beberapa bulan terakhir menjadi keuntungan yang menyisakan sejumlah pekerjaan rumah bagi para pelaku industri batubara menjelang tahun 2021. Negara-negara tujuan ekspor seperti China dan India membutuhkan pasokan batubara dari Indonesia. Namun seiring dengan permintaan tantangan di depan mata pasca penyelenggaraan COP 26 terkait masa masa phase down batubara harus segera diimplementasikan.
Staf khusus Menteri ESDM Irwandy Arif kembali meminta agar pelaku industri batubara di Indonesia dapat beradaptasi terhadap tren penggunaan energi global ke depan demi menyelamatkan iklim dunia. Tren ini menurutnya juga bukan ancaman bagi para pengusaha batubara, namun sebaliknya menjadi tantangan baru agar bisa bersaing lebih kompetitif atau menyesuaikan diri dengan keadaan. Pernyataan Prof Irwandy ini disampaikan dalam Konferensi 10th Annual Business Meeting of Indonesian Coal Producers & Buyer di Bali (13/12). Optimalisasi pemanfaatan batubara ke depan bisa dilakukan dengan adanya kegiatan dan pengembangan teknologi batubara bersih yang dapat menjadi peluang bisnis untuk para perusahaan pertambangan di Indonesia dengan berbagai cara seperti optimalisasi PLTU eksisting dan tambahan PLTU dengan penerapan teknologi Clean Coal Technology dan Carbon Capture, Utilization & Storage, hilirisasi batubara menjadi DME, methanol, pupuk, dan syngas, pemanfaatan fly ash & bottom ash untuk substitusi bahan baku, serta yang terakhir ialaj pengebangan produk-produk material karbon maju untuk kemajuan teknologi.
Menjawab tantangan tersebut APBI yang diwakili Sekjen Haryanto Damanik menyatakan dukungan APBI terhadap Pemerintah dalam pencapaian target net zero emission. Haryanto menyampaikan bahwa banyak anggota APBI yang sudah melakukan upaya tersebut terutama dalam penggunaan efisiensi bahan bakar dengan menggunakan teknologi B30, reklamasi tambang dan menggunakan solar panel untuk menyalurkan listrik di mess karyawan, serta para anggota APBI berakselerasi di wilayah DAS bagi pemegang IPPKH.
Namun Haryanto Damanik pun menambahkan terkait dengan arah kebijakan pemerintah dalam mendukung perkembangan industri atau akan mencapai NZE. “Pemerintah ini arah kebijakannya mau ke arah mana? Industrial growth atau mendukung Net Zero Emission. Karena dari data menunjukan bahwa sampai 2030 ini EBT masih dibawah penggunaan batubara dan gas” Karena batubara masih menjadi energi yg paling essential dan reliable dari sisi negara berkembang dan paling murah juga dalam beberapa dekade kedepan”. Hal ini disampaikan karena menurut data dari RUPTL PLN mengungkapkan bahwa penggunaan batubara dalam Energy Mix jumlah penggunaan batubara dan gas masih mendominasi sekitar 75% sampai tahun 2030 sementara pengembangan energi baru terbarukan hanya mencapai 24% pada tahun 2030. Meskipun secara data demikian, namun apapun itu yang terjadi kedepannya APBI akan terus mendukung apa yang diamanatkan pemerintah.
Dengan masih “kuat” nya pengaruh batubara dalam energy mix ini mempengaruhi juga beberapa pangsa pasar Asia dan ASEAN dimana pangsa pasar ekspor batubara Indonesia ke negara negara seperti China, India, Korea dan Jepang sangat mempengaruhi pergerakan ekonomi Indonesia. Hal ini disampaikan langsung oleh Yessy selaku perwakilan Kementerian Perdagangan yang menyatakan bahwa nilai ekspor dan volume ekspor batubara Indonesia mengalami peningkatan drastis di tahun 2021 ini.
Untuk terus mendukung nilai ekspor ini terus meningkat, Pemerintah dalam hal ini Kemendag mengeluarkan Peraturan Menteri Perdagangan No. 19 Tahun 2021 yang menjelaskan serta berusaha mendukung perusahaan pemegang ET (Eksportir Terdaftar) agar melakukan kegiatan ekspor mereka, karena apabila tidak menjalankan kewajiban ekspor mereka meskipun sudah mendapatkan ET maka perusahaan tersebut dalam 1 tahun pertama akan diberikan surat peringatan namun apabila setelah mendapat surat tersebut tidak menjalankan kembali ekspor nya setelah 1 tahun maka izin tersebut akan dibekukan.
Hal ini pun sejalan dengan apa yg dibicarakan dalam 2 sesi ekspor ke negara negara Asia dan ASEAN yang memang pangsa pasarnya masih memadai, terutama China dan India yang memerlukan banyak batubara dari Indonesia untuk pembangkit listrik negara tersebut.