
Batubara merupakan salah satu komoditas vital bagi Indonesia, tidak hanya menyumbang devisa melalui pajak dan royalti yang dibayarkan ke negara, batu bara juga memiliki peran penting dalam elektrifikasi nasional dan masih merupakan sember energi utama dengan biaya rendah.
Meskipun dikelilingi oleh banyak sentimen negatif terhadap dampak lingkungan, hal tersebut tidak mampu membungkam reli panjang batu bara salah satunya yang salah satunya dipicu oleh lonjakan permintaan listrik berbiaya rendah.
Selama setahun terakhir harga batu bara telah mengalami penguatan signifikan dan bahkan mampu mencatatkan harga tertinggi sepanjang masa di level US$ 280 per ton awal Oktober lalu, meskipun saat ini perlahan mulai kembali turun.
Sementara itu dari dalam negeri Harga Batubara Acuan (HBA) yang ditetapkan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) juga selalu menajak sejak bulan Maret tahun ini, di mana kala itu HBA tercatat di angka US$ 84,47 dan terakhir bulan November lalu harganya mencapai US$ 215,63 per ton, sebelum akhirnya kembali turun ke level US$ 159,79 per ton.
Artinya pada periode Maret hingga November harga batu bara acuan melonjak lebih dari 130%.
Kenaikan harga komoditas ini tentu akan berimplikasi positif pada kinerja emiten pertambangan batu bara, menjadi katalis bagi emiten baru bara di semester kedua tahun ini untuk membukukan kinerja positif.
Reli panjang penguatan harga batubara telah tercermin pada laporan keuangan tengah tahun emiten batu bara nasional. Dari 14 emiten skala menengah hingga raksasa, hanya tiga perusahaan yang mengalami penurunan pendapatan. Sementara itu semua perusahaan pada tengah tahun ini mampu mencatatkan laba bersih.
Salah satu pengusaha nasional yang hartanya melejit karena reli harga batu bara tahun ini adalah Keluarga Barki, pemilik emiten pertambangan batu bara PT Harum Energi Tbk (HRUM).
Nama Kiki Barki akhirnya muncul lagi dalam daftar 50 orang terkaya RI setelah absen tujuh tahun. Kekayaan bersihnya tahun ini adalah sebesar US$ 1,6 miliar dan bertengger di posisi 27 orang terkaya di Indonesia. Terakhir kali namanya muncul di daftar orang terkaya Forbes adalah pada tahun 2013 dengan kekayaan US$ 680 juta.
Menurut laporan keuangan perusahaan yang terbit di situs Bursa Efek Indonesia (BEI), laba bersih emiten yang dia kendalikan, Harum Energi, per triwulan ketiga tahun ini meningkat 45,84% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi US$ 37,54 juta atau setara dengan Rp 533,03 miliar, dari laba bersih US 25,74 juta (Rp 365,49 miliar) pada periode yang sama tahun lalu.
Pertumbuhan laba bersih tersebut ditopang kenaikan pendapatan dan penjualan usaha sebesar 50,98% secara tahunan, dari US$ 136,14 juta pada 30 September 2020 menjadi US$ 205,55 juta per akhir September tahun ini.