CATATAN DARI 2ND ASEAN COAL BUSINESS ROUNDTABLE

Acara tersebut dilaksanakan pada 30 Maret 2022 terselenggara kerjasama Department of Mineral and Fuels (DMF) Pemerintah kerajaan Thailand dan Electricity Generating Authority Thailand (EGAT). Acara tersebut juga didukung oleh ASEAN Forum on Coal (AFOC), atau forum kerjasama Pemerintah negara-negara ASEAN terkait dengan pertambangan batubara, serta Pemerintah kerajaan Brunei yang saat ini menjabat sebagai Ketua ASEAN.

Sebagaimana diketahui ASEAN adalah salah satu wilayah yang paling dinamis dan pesat pengembangan ekonominya di dunia. Dengan jumlah penduduk lebih dari 600 juta serta lokasi yang strategis membuat ASEAN berperan sangat penting dalam geopolitik dan perdagangan dunia. Negara-negara anggota ASEAN sedang mengintensifkan energi sektor untuk memastikan ketahanan energi baik dari segi aksesbilitas, afordabilitas, serta keberlanjutan untuk semuanya. Sehingga untuk mencapai tujuan tersebut, ASEAN perlu untuk memaksimalkan segala sumber daya energi yang dimiliki termasuk batubara. Namun demikian, pertimbangan untuk transisi energi perlu mendapat perhatian penting. Transisi energi yang diterjemahkan sebagai satu jalur menuju dekarbonisasi untuk mentransformasikan sistem energi dari karbon intensif menuju ke energi bersih. Kedepannya, industri pertambangan batubara perlu beradaptasi terhadap kebutuhan dari transisi energi.

Bagi ASEAN, komoditas batubara berkontribusi terhadap sekitar 72 GW dari pembangkit listrik di wilayah tersebut diharapkan kapasitas akan naik dua kali lipat di 2040. Sumber daya batubara, terutama di Indonesia, terhitung masih banyak dan dapat dimanfaatkan untuk beberapa dekade kedepan. Sehingga komoditas batubara masih memegang peran penting untuk ketahanan energi. Di sisi lain, dengan semakin meningkatnya isu perubahan iklim, kebutuhan adaptasi bagi industri pertambangan batubara sehingga industri tersebut dapat berperan dalam transisi energi di ASEAN. Oleh karena itu, peran teknologi maju dan baru seperti carbon capture utilization and storage (CCUS) akan sangat strategis.

APBI diundang berpartisipasi mewakili dunia usaha dari ASEAN dalam forum yang diikuti lebih dari 150 orang peserta. Dalam sesi kedua forum diskusi, APBI yang diwakili Hendra Sinadia Direktur Eksekutif menyampaikan paparan “Coal Sustainable Outlook - Intra-ASEAN Coal Trade and Opportunities in Clean Energy”. Pada intinya APBI mendukung Road Map Pemerintah RI dalam menuju pencapaian target net zero emission. Dalam menuju target tersebut disadari bahwa peran batubara akan berkurang dalam beberapa dekade kedepan.

Oleh karena itu APBI mengharapkan dukungan dari Pemerintah agar industri pertambangan batubara nasional bisa survive sehingga mampu berinvestasi untuk energi yang lebih bersih termasuk penggunaan teknologi maju. APBI juga menyampaikan kemajuan dari upaya anggota asosiasi dalam mengurangi emisi karbon dari kegiatan usaha pertambangan.

Dalam forum tersebut sambutan kunci disampaikan oleh Ketua AFOC dalam hal ini Mr. Abdul Razib Dawood (CEO, Energy Commission, Malaysia. Lalu disusul oleh Dr. Nuki Agya Utama Executive Director ASEAN Center for Energy (ACE). Ms. Michelle Manook, Chief Executive dari World Coal Association juga membawakan materi dengan topik “ The Role of Coal Value Chain in Delivering UN SDGs”.

Related Regular News: