PASOKAN BATUBARA DARI INDONESIA MENJADI INCARAN PEMBELI DARI EROPA

Invasi Rusia ke Ukraina yang sudah berlangsung lebih dari 40 hari merubah peta kebutuhan energi negara-negara Uni Eropa (EU). Hal ini yang menjadi topik utama diskusi secara informal Direktur Eksekutif APBI dengan HE. Piotr Firlus Wakil Duta Besar Polandia hari Jum’at 8 April 2022 yang lalu. Kunjungan ke Kedubes Polandia di Jakarta merupakan kunjungan kedua APBI dimana pertemuan pertama dilakukan di tahun 2021 yang lalu.

Polandia dan Indonesia adalah dua negara produsen batubara. Indonesia negara eksportir batubara termal terbesar dunia dari segi volume. Sementara Polandia produsen batubara terbesar kedua di Eropa. Dalam beberapa tahun terakhir ini untuk memenuhi kebutuhan energinya, Polandia mengimpor batubara dari Rusia. Di tahun 2020 sekitar 9 juta impor Polandia dari negaranya Vladimir Putin. Polandia negara yang berbatasan langsung dengan Rusia dan Ukraina yang dibanjiri lebih dari 2 juta pengungsi dari Ukraina, sekitar 70% dari sumber energinya dihasilkan dari PLTU batubara.

Dampak dari invasi Rusia ke Ukraina mendorong EU untuk menghentikan impor batubara dari Rusia sebagai bentuk sanksi aksi Rusia di Ukraina. Beberapa negara, terutama Jerman yang ketergantungannya terhadap impor batubara Rusia sangat tinggi, mempengaruhi kebijakan EU tersebut sehingga larangan impor mundur hingga Agustus 2022. Kebijakan tersebut berpengaruh akhirnya ke Polandia.

Selain Polandia, negara-negara Eropa lainnya yang selama ini mengimpor batubara dari Rusia juga akan terdampak. Diperkirakan lebih dari 60 juta ton ekspor batubara dari Rusia ke negara-negara EU seperti Polandia, Jerman, Belanda, Italy, Spanyol yang akan terpengaruh. Dengan situasi ini ada kemungkinan besar Rusia akan mengalihkan ke negara-negara Asia yang merupakan tujuan ekspor utama mereka. China, Jepang, Taiwan, Korea, Viet Nam, dan India merupakan pasar ekspor utama Rusia.

Sementara itu, Indonesia berpeluang mengisi celah pasar di Eropa tersebut. Namun tidak mudah bagi eksportir untuk bisa memanfaatkan peluang tersebut. Kualitas batubara yang dibutuhkan negara-negara EU umumnya di kalori menengah-tinggi. Sedangkan Indonesia lebih banyak memproduksi dan mengekspor kalori menengah-rendah. Selain itu, posisi geografis Indonesia menyulitkan dari sisi transportasi untuk memasok lewat Atlantik. Biaya pengangkutan (freight-cost) akan lebih mahal apalagi ditengah situasi hambatan logistic global akibat konflik Rusia dan Ukraina. Negara-negara eksportir batubara lainnya seperti Kolombia dan Afrika Selatan yang diuntungkan dalam situasi ini. Akan tetapi Kolombia, Afsel maupun Australia tidak mudah untuk meningkatkan produksi mereka secara signifikan.

Dengan situasi yang dinamis perkembangannya, kedepan kemungkinan pasar ekspor seaborne batubara thermal akan mencari keseimbangan baru (rebalancing). Hal ini terjadi juga ketika Tiongkok menghentikan impor dari Australia yang kemudian mendorong cargo dari Australia dialihkan ke India. Porsi ekspor Australia ke India meningkat yang berakibat porsi ekspor Indonesia berkurang. Namun, eksportir Indonesia memanfaatkan peluang di pasar Tiongkok sehingga porsi ekspor batubara kita ke negeri Panda meningkat di 2021 dibandingkan di 2020.

Kedubes Polandia dan APBI sepakat untuk selalu menjalin komunikasi dalam mendukung perdagangan kedua negara termasuk saling tukar menukar informasi (sharing) dalam hal transisi energi yang sedang berlangsung. Dinamika geopolitik yang terjadi mendorong Polandia dan negara-negara EU untuk mendalami potensi supply batubara dari Indonesia.

Related Regular News: