Harga Batu Bara Turun: Pelaku Tambang Bermanuver

Sumber: https://koran.bisnis.com/read/20220517/430/1533705/harga-batu-bara-turun-pelaku-tambang-bermanuver

 

Bisnis, JAKARTA — Sejumlah pelaku usaha pertambangan bermanuver menyikapi pergerakan harga batu bara di pasar dunia, termasuk penurunan Harga Batu bara Acuan atau HBA Mei 2022.

 

Meskipun harga emas hitam itu di pasar global fluktuatif, pelaku tambang di Tanah Air optimistis bisnis batu bara tetap menjanjikan. Sebagian besar perusahaan bahkan berupaya meningkatkan kapasitas produksinya.

 

Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) melaporkan sebagian perusahaan yang memiliki Izin Usaha Pertambangan (IUP) batu bara tengah mengajukan revisi rencana kerja dan anggaran belanja (RKAB) terkait dengan penyesuaian kembali kapasitas produksi pada kuartal II/2022

 

Direktur Eksekutif APBI, Hendra Sinadia mengatakan bahwa revisi RKAB itu lebih banyak menyasar pada upaya peningkatan target produksi yang sempat terkoreksi sejak Desember 2021 hingga Januari 2022 akibat cuaca buruk.

 

“Kami tidak bisa bilang berapa banyak yang tengah mengajukan revisi RKAB, tetapi ada perusahaan yang saat ini sedang mengajukan, tetapi itu menjadi rahasia masing-masing perusahaan,” katanya, Minggu (15/5).

 

Hanya saja, manuver sebagian besar perusahaan itu relatif sulit untuk dilakukan karena harus menyusun ulang RKAB yang relatif mahal, mencari alat berat baru untuk penambangan, hingga faktor cuaca yang masih tidak menentu pada tahun ini.

 

Banyaknya perusahaan batu bara yang mengajukan revisi RKAB diamini oleh Direktur Pembinaan Pengusahaan Batu Bara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Lana Saria.

 

“Terdapat beberapa IUP yang mengajukan perubahan RKAB, baik peningkatan rencana produksi maupun penurunan produksi batu bara tahun ini,” kata Lana, Minggu (15/5).

 

Berdasarkan data Kementerian ESDM, HBA pada Mei 2022 turun US$12,76 per ton menjadi US$275,64 per ton dibandingkan dengan April 2022 senilai US$288,4 per ton.

 

Meskipun demikian, harga batu bara diperkirakan masih akan relatif tinggi walaupun ada sentimen negatif terkait dengan rencana kenaikan produksi batu bara di China dan India.

 

Di sisi lain, PT Adaro Energy Tbk. (ADRO) tetap menjalankan bisnis pertambangan batu bara sesuai dengan RKAB awal.

 

“Adaro akan tetap fokus terhadap efisiensi dan keunggulan operasional,” kata Head of Corporate Communication Adaro Energy Febriati Nadira.

 

Hal yang sama juga dilakukan oleh PT Bumi Resources Tbk. (BUMI) yang tetap menggunakan RKAB awal meski sedang berusaha untuk meningkatkan produksi batu bara ke angka 83 juta ton hingga 89 juta ton.

 

“Tidak ada perubahan dalam RKAB 2022 kami terkait dengan produksi,” ujar Corporate Secretary sekaligus Direktur BUMI Dileep Srivastava.

 

Secara terpisah, Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan memproyeksikan permintaan batu bara dari sejumlah negara blok barat masih tertahan tinggi akibat larangan impor komoditas itu dari Rusia. Sementara itu, kapasitas produksi batu bara dari negara lain belum cukup untuk menggantikan volume ekspor dari Rusia.

 

“Memang pasar terus mengharapkan harga batu bara turun mengingat sudah mencapai titik jenuh karena harga yang masih tinggi. Isu-isu dari negara-negara importir maupun eksportir akan sangat memengaruhi psikologi pasar,” tuturnya.

Related Regular News: