
Konferensi batubara tahunan “Indonesian Coal Outlook” kembali digelar oleh Petromindo & CoalMetal Asia Magazine kali ini secara hybrid pada 18-19 Mei 2022. Event diselenggarakan di JW Marriott dengan penerapan pembatasan peserta dan dihadiri sekitar lebih dari 100 orang peserta. APBI turut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Dr Lana Saria Direktur Pengusahaan Pertambangan Batubara hadir sebagai salah satu pembicara di acara konferensi batubara tersebut.
Dari perspektif Pemerintah, sektor industri batubara berkontribusi signifikan terhadap penerimaan negara. Melonjaknya harga komoditas di tengah kondisi perekonomian global dan nasional yang sedang sulit akibat Pandemi dan konflik Rusia vs Ukraina, turut membantu neraca perdagangan sehingga perekonomian nasional bisa berangsur pulih. Guna mendorong percepatan ke arah transisi energi, Pemerintah memberikan insentif pengembangan hilirisasi batubara. Dalam hal jaminan pasokan batubara domestik, Pemerintah telah mengeluarkan beberapa regulasi yang mengatur sanksi, denda, dan kompensasi pelaksanaan DMO batubara. Selain itu, pembentukan suatu badan layanan umum (BLU) untuk memungut dan menyalurkan dana kompensasi DMO batubara sedang didorong dan diupayakan bisa segera efektif.
Kenaikan harga komoditas dalam beberapa bulan terakhir ini didorong antara lain oleh dinamika geopolitik. Konflik antara Rusia dan Ukraina turut memicu kenaikan harga yang sejak awal tahun 2022 terdongkrak oleh kebijakan larangan ekspor sementara yang diterapkan oleh Pemerintah RI. Lonjakan harga juga dipengaruhi oleh kesulitan pasokan batubara, akibat larangan ekspor di Januari kemudian faktor tingginya curah hujan serta ketersediaan alat-alat berat. Para produsen berupaya maksimal melaksanakan kegiatan operasional mengacu pada RKAB yang telah disepakati Pemerintah. Namun beberapa perusahaan juga dikabarkan mengajukan revisi RKAB untuk meningkatkan produksi mengantisipasi kenaikan permintaan. Selain fokus untuk memaksimalkan produksi perusahaan juga tetap berkomitmen tinggi dalam aspek K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) serta pelaksanan kewajiban pengelolaan lingkungan.
Terkait dengan tren permintaan untuk ekspor, di kuartal-II ada indikasi penurunan permintaan dari Tiongkok yang disebabkan antara lain meningkatnya kapasitas output produksi batubara domestik Tiongkok serta penerapan zero covid policy yang berimbas kepada kebijakan lockdown di Shanghai dan beberapa kota lainnya. Namun terjadi peningkatan permintaan akibat kelangkaan energi di beberapa kota penting di India. Dampak dari embargo impor batubara Rusia oleh Uni Eropa (UE) memicu negara-negara anggota UE untuk menjajaki alternatif pasokan termasuk dari Indonesia.
Sementara itu ASEAN masih menjadi wilayah yang banyak mengandalkan energi fosil khususnya batubara. Laporan yang dikeluarkan oleh International Energy Agency (IEA) Mei 2022 mengenai outlook energi di ASEAN menunjukkan peran batubara masih cukup penting. Disisi lain, progress menuju target net zero emission dari negara-negara anggota ASEAN juga mengalami trend peningkatan. Penerapan teknologi untuk mengurangi emisi terutama carbon captore storage menjadi sangat penting kedepannya.
Perluasan penerapan harga jual batubara ke industri domestik (tidak termasuk ke industri smelter) yang diatur dalam Keputusan Menteri ESDM No. 55 Tahun 2022 menjadi tantangan yang dihadapi produsen batubara disaat tingginya harga komoditas. KepMen tersebut mengatur kewenangan Pemerintah dalam hal penugasan kepada produsen batubara untuk memasok ke industri jika terjadi kelangkaan. Selain itu KepMen tidak menetapkan jangka waktu pelaksanaan pengaturan harga khusus batubara ke industri non-kelistrikan yang tentu berpotensi menyulitkan perusahaan dalam membuat perencanaan. APBI dalam hal ini tetap berkomitmen mendukung kebijakan Pemerintah. Industri semen dan pulp-kertas masih mengandalkan batubara sebagai sumber energi termurah sehingga asosiasi industri semen dan pulp-kertas berharap kebijakan harga khusus tetap diberlakukan.
Ditengah tekanan di era dekarbonisasi, prospek industri pertambangan batubara dalam jangka pendek sangat menjanjikan. Kondisi harga yang tinggi diperkirakan masih berlanjut di tahun 2022 ini. Di sisi lain perusahaan juga menjajaki peluang investasi pengembangan eko sistem kendaraan bermotor listrik (electric vehicle EV) termasuk investasi di smelter nikel. Investasi di sektor industri yang menghasilkan energi lebih bersih termasuk gas tetap dijajaki oleh perusahaan meskipun kondisi harga saat ini membuat aspek keekonomian menjadi sangat menantang. Dalam konteks pengurangan emisi, perusahaan fokus upaya praktis dalam kegiatan penambangan. Kenaikan tarif royalti bagi pemegang IUPK-OP (eks PKP2B) menjadi tantangan yang harus dihadapi produsen untuk bisa bertahan (survive) di era pembangunan rendah karbon.