
Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) merupakan puncak high level event Bank Indonesia yang telah diselenggarakan secara rutin sejak tahun 1969. Agenda utama PTBI adalah penyampaian pandangan Bank Indonesia mengenai kondisi perekonomian nasional, tantangan yang dihadapi dan arah kebijakan Bank Indonesia ke depan, serta penyampaian arahan Presiden Republik Indonesia mengenai kebijakan Pemerintah ke depan. Pandangan dan arahan tersebut sangat ditunggu oleh para pemangku kepentingan dan akan menjadi referensi, khususnya bagi pelaku industri, investor dan kalangan dunia usaha dalam menentukan berbagai kebijakan maupun keputusan bisnis ke depan.
Dinamika perekonomian nasional sepanjang 2022 terus menunjukkan perbaikan meski disertai berbagai tantangan. Berlanjutnya perbaikan ekonomi domestik tidak terlepas dari respons sinergi kebijakan yang kuat antara Pemerintah, Bank Indonesia dan otoritas terkait. Bauran kebijakan nasional yang ditempuh untuk memitigasi dampak pandemi Covid-19 dan berbagai tantangan yang mengemuka telah mendorong optimisme bagi akselerasi pemulihan ekonomi Indonesia. Optimisme tersebut perlu dijaga untuk mengakselerasi pemulihan ekonomi nasional dan bangkit lebih kuat menuju Indonesia Maju. Dalam hal ini, Bank Indonesia berkomitmen untuk terus menjaga dan memperkuat optimisme terhadap momentum kebangkitan ekonomi nasional, antara lain melalui PTBI 2022.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengingatkan situasi dunia yang kacau balau. Dari perang Rusia dan Ukraina yang belum berakhir hingga pengetatan moneter oleh banyak negara. Hal ini disampaikan Perry dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2022 di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta, Rabu (30/11/2022). Dihadiri oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan sederet menteri serta bankir dan pelaku dunia usaha lainnya. "Bapak Presiden dan hadirin yang kami hormati, dunia masih bergejolak," tegas Perry.
Berjalan sekitar 9 bulan, tidak ada yang tahun kapan perang Rusia dan Ukraina akan berakhir. Hal ini telah memicu krisis energi dan pangan di banyak negara. "Kita belum tahu kapan perang Rusia Ukraina akan berakhir," ujarnya. Persoalan lain adalah perang dagang antara China dan Amerika Serikat (AS) yang masih berlanjut. Perekonomian China yang melambat juga menjadi kekhawatiran banyak negara di dunia. "China kembali memanas, lockdown 6 bulan lagi harga energi dan pangan masih tinggi," terang Perry. Maka dari itu, semua pihak harus bersiap menghadapi situasi stagflasi di dunia, bahkan resflasi. "Risiko stagflasi dan bahkan resflasi menjadi risiko global," pungkasnya